Bagaimana Implikasi Perkembangan dalam Pembelajaran?

Para jago psikologi dan ilmu pendididkan hingga ketika ini belum memiliki kesatuan pendapat dalam menunjukkan pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan . Ada yang menganggap sama dan ada pula yang menganggap berbeda. Monks, Knoers, dan Haditono ( 1984 : 2) misalnya, menyatakan “Perkembangan memiliki kesamaan dengan pertumbuhan”. Sementara Moh Kasiram berpendapat perkembangan dan pertumbuhan berbeda namun saling melengkapi. Contoh pohon mangga kecil menjadi besar ialah peristiwa pertumbuhan, anak ayam kecil menjadi besar juga peristiwa pertumbuhan, namun perubahan dari telur menjadi anak ayam ialah peristiwa perkembangan. peristiwa pembuahan sel telur dengan sperma dalam kandungan ibu hingga menjadi anak ialah peristiwa perkembangan. ( Moh Kasiram ) Pertumbuhan ialah “proses transmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang herediter/ warisan dalam bentuk proses aktif yang kontinu” (Kartono,1982:29), sedangkan perkembangan dalam arti sempit dikatakan sebagai “Proses pematangan fungsi-fungsi non fisik” (Kartono, 1982:32). Perkembangan dalam arti luas sebagai “perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis dalam diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses berguru dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan” (Kartono, 1982:33) Dari definisi di atas kita dapat mengetahui kalau pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berbeda. Perkembangan mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak. Sementara pertumbuhan khusus dimaksudkan mengenai ukuran tubuh dan fungsi fisik yang murni. Fase dan Tugas Perkembangan Sebelum kita membahas apa fase dan peran perkembangan, ada baiknya kita mengetahui dulu apa sih arti fase dan peran perkembangan itu? Fase ialah penahapan atau periodesasi rentang kehidupan insan yang ditandai oleh cirri atau pola tingkah laku tertentu. Tugas perkembangan ialah keinginan yang seyogyanya dapat dituntaskan dalam setiap fase tersebut. Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009) menunjukkan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa: “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”.. Banyak jago yang meneliti wacana fase dan peran perkembangan, diantaranya (1) Buhler dalam bukunya The First Tier of Life membagi fase menjadi 5 fase, (2) Hurlock membagi menjadi masa prenatal, masa natal, masa remaja, dan masa dewasa, (3) Erikson menmbagi fase menjadi 8 yaitu masa bayi, masa toddler, awal masa kanak-kanak, final masa kanak-kanak, awal masa remaja, masa remaja yang sejati, awal masa dewasa, dan kedewasaan dan masa tua, (4)Sigmund Freud mebagi fase menjadi fase infantile, fase laten, fase pubertas dan fase genital, (5) Maria Mantessori membaginya menjadi periode I(0-7 tahun), periode II (7-12 tahun), periode III( 12-18 tahun), periode IV (18 tahun ke atas), (6) Havigurst,untuk lebih jelasnya, di bawah ini dikemukakan rincian peran perkembangan dari setiap fase menurut Havighurst. 1. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0,0–6.0) Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan. Belajar memakan makan padat. Belajar berbicara. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam. Belajar mengadakan kekerabatan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Belajar mengadakan kekerabatan baik dan buruk dan pengembangan kata hati. 2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6,0-12.0) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melaksanakan permainan. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Belajar bergaul dengan sahabat sebaya. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung. Belajar membuatkan konsep-konsep sehari-hari. Mengembangkan kata hati. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0) Mencapai kekerabatan yang lebih matang dengan sahabat sebaya. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Mencapai kemandirian emosional dari orang renta dan orang bakir balig cukup akal lainnya. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Memilih dan mempersiapkan karier. Mempersiapkan ijab kabul dan hidup berkeluarga. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang dibutuhkan bagi warga negara. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Memperoleh seperangkat nilai sistem moral sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku. 4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal Memilih pasangan. Belajar hidup dengan pasangan. Memulai hidup dengan pasangan. Memelihara anak. Mengelola rumah tangga. Memulai bekerja. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara. Menemukan suatu kelompok yang serasi. Prinsip Perkembangan Perkembangan sifatnya tidak terbatas , artinya seseorang akan tumbuh menjadi besar dan pertumbuhan ini berkesinambungan dan selalu meuju proses diferensiasi dan integrasi. Setiap orang mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai, contohnya anak yang normal proses perkembangannya memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan pertolongan dan risikonya bisa berjalan sendiri. Setiap fase mempunyai peran yang khas sehingga ada perilaku yang baik dan kurang sesuai. Perilaku yang tidak sesuai ini ssebenarnya merupakan perilaku yang wajar untuk fase tertentu. Misalnya seorang anak dikatakan dulu ia penurut, sekarang ia pembangkang, ini terjadi alasannya pergantian fase dari belum dewasa menjadi remaja yang memang cirri khasnya sedang mencari jati diri. Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Ada yang cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan anak bekerjsama dapat diubah (dipercepat) sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya anak yang belum sekolah diajari membaca,menulis, dan berhitung. Selain tempo, perkembangan anak juga berlangsung sesuai iramanya. Pada suatu masa laju perkembangan bisa berjalan dengan cepat, dan waktu berikutnya sedikitpun tidak tampak kemajuan. Kelajuan dan keterhambatan ini tidak sama besar pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat, anak dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu: · anak yang tidak menandakan perkembangan yang cepat maupun lambat, melainkan perkembangan mendatar dan maju secara berangsur- angsur. Semuaunya berlangsung dengan tenang, perubahan dari fase satu ke fase berikutnya tidak menandakan peralihan yang nyata · anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangan semakin berkurang. · Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin lama semakin bertambah cepat kemajuannya Dalam perkembangan terdapat masa peka, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan (Maria Montessori). Sebagai orang renta dan pendidik, kita harus dapat mengetahui kapan seorang anak mengalami masa peka walaupun ini memang sulit diketahui alasannya setiap anak mengalaminya pada waktu yang berbeda. Apabila masa peka ini tidak digunakan sebaik-baiknya atau tidak menerima kesempatan untuk berkembang maka fungsi tersebut akan mengalami kelainan dan akan mengganggu perkembangan selanjutnya. Dalam diri anak terdapathasrat dasar untuk mempertahankan dan membuatkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat dalm bentuk nafsu makan dan menjaga keselamtan diri. Sedangkan hasrat membuatkan diri terlihat dalm bentuk rasa ingin tahu, mengenal lingkungan, kegiatan bermain dan sebagainya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Secara garis besar factor yang mensugesti perkembangan dikelompokan menjadi 3 yaitu factor yang berasal dari dalam individu, gaktor yang berasal dari luar dan factor umum. Faktor yang berasal dari dalam individu antara lain (1) bakat atau pembawaan menyerupai bakat music, seni, agama, kebijaksanaan yang tajam dan sebagainya. Anak yang bakat music misalnya niscaya minat dan perhatiannya tertuju pada music, ia akan maju dalam bidang music bahkan ia dapat menjadi composer dan jago music apabila didukung oleh lingkungan yang memadai. (2) sifat keturunan individu yang diwariskan dari orang tuanya dapat berupa fisik maupun mental, namun sifat keturunan ini seumpama bibit yang tumbuhnya dipupuk dan dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan. (3) dorongan dan instink. Factor yang berasal dari luar individu diantaranya makanan, iklim, kebudayaan, ekonomi, kedudukan anak dalam keluarga misalnya bila anak itu merupakan anak tunggal biasanya perhatian orang renta tercurah kepadanya sehingga anak tersebut cenderung memiliki sifat manja, kurang bisa bergaul, menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakan dan sebagainya. Lain halnya seorang anak ynag mempunyai banyak saudara, terang orangtuanya akan sibuk memabgi perhatian teerhadap saudara-saudaranya itu. Faktor umum maksudnya unsure-unsur yang dapat digolongkan dalamkedua penggolongan diatas, dengan kata lain jikalau factor yang mensugesti perkembangan itu merupakan campuran dari kedua unsure tersebut. Factor umum tersebut antara lain (1) intelegensi, tingkat intelegensi yang tinggi akrab kaitannya dengan kecepatan perkembangan begitupun sebaliknya. (2) jenis kelamin, anak laki-laki yang gres lahir biasanya lebih cepat besar dibandingkan dengan bayi perempuan. (3) kelenjar gondok . (4) kesehatan, anak yang kesehatan mental dan fisiknya tepat akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang memadai. (5) Ras, misalnya anak dari ras Mediterranean mengalami [erkembagan fisik lebih cepat dibandingkan dengan orang dari bangsa eropa Utara. Aliran Psikologi dan Implikasinya dalam Pembelajaran 1. Aliran Nativisme / Aliran Pembawaan Menurut aliran ini anak tidak perlu pendidikan alasannya baik buruk anak sudah ditentukan dari keturunan. Menurut aliran ini insan yang lahir telah memiliki bakat dan pembawaan baik dari keturunannya yang dulu atau di takdirkan. Aliran ini dijuluki aliran pesimistis alasannya melihat sesuatu hanya dari kacamata hitam saja. Tetapi pengaruh aliran ini hingga sekarang masih dirasakan. Roseaus seorang filosof dari Jerman berpendapat bahwa setiap orang dilahirkan mempunyai dasar-dasar moral yang baik. Karakter seseorang bersifat interistik 2. Aliran Empirisme / Aliran Lingkungan Menitik beratkan pada bagaimana kita akan mengisi hidup melaksanakan hal-hal baik itu positif maupun negativ, jadi tergantung pada masing-masing individu itu sendiri. Lingkungan bisa menentukan bagaimana sifat, perilaku anak jikalau lingkungan mendukung, sikap anak pasti akan baik begitu juga sebaliknya. Pendidikan dapat memegang peran penting, sedangkan bakat tidak ada pengaruhnya, jadi disini peran orang renta sangat vital untuk menentukan bagaimana kedepannya kehidupan dan masa depan anak. Faktor lingkunga menjadi faktor yang menentukan pada perkembangan anak sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya 3. Aliran Konfergensi / Aliran Persesuaian Perpaduan antara Natifisme dan Empiurisme yang menggabungkan antara arti pentingnya hereditas dan pengangaruh lingkungan. Perkembangan yang sehat akan berkembang jikalau kombinasi dari fasilitas yang diberikan dari lingkungan dan potensialitas kodrati anak mendorong kemampuan anak, dan menjadi tidak seta apa bila pengaruh lingkungan melumpuhkan sikofis anak. Pada 5 th pertama orang renta sangat berperan penting, jikalau orag renta salah didik pada masa ini akan berakibat fatal untuk masa depannya. Pengaruh pembawaan atau keturunan terahadap tingkah laku terjadi secara tidak langsung. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara yang terdapat pada lingkungan, contohnya a. Latar belakang keturunan yang sama menghasilkan kepribadian yang berbeda dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula b. Latar belakang dan lingkungan yang beda menghasilkan pola perkembangan yang sama c. Lingkungan yang sama menghasilkan perbedaan kepribadian meskipun berlatar belakang sama d. Riwayat hidup dan latar belakang yang sama menghasilkan kepribadian yang sama Menurut Anastasi, Presiden American Psycological Association faktor segmental yakni adakalanya berlangsung dalam waktu yang singkat, berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Tentang kekerabatan antara faktor dan faktor keturunan Anastasi mengemukakan bahwa : 1) Faktor lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber penting timbulnya tingkah laku. 2) Kedua fungsi ini bisa berfungsi terpisah, melainkan saling berhubunga. 3) Suatu kekerabatan yang terjadi mensugesti hubungan-hubungan yang lain yang akan terjadi 4. Aliran Asosiasi Pengembangan dari empirisme pada Renaisans yang mempelajari wacana manusia. Menurut Aliran Asosiasi bahwa prosesi psikiologi ialah ”Asosiasi Ide”. Unsur atau elemen terkecil dari jiwa insan ialah Simple idea. Simple idea bukan bawaan dari lahir, merupakan hasil yang diperoleh manusia. Apabila simple idea yang satu dengan yang lain di gabung akan menghasilkan complex idea, apabila complex idea di gabung akan menghasilkan Compund idea (gabungan ide) 5. Aliran Gestalt Berasal dari bahasa jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Gestalt berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya menandakan premis dasar sistem sikologi yang mengonseptualisasi aneka macam pristiwa psikologi sebagai fenomena yang terorganisasi utuh dan logis. Psikologi Gestalt ialah gerakan psikologi yang melawan psikologi strukturalisme. Didasari oleh pemikiran Kant wacana teori nativistik yang megnatakan bahwa organisasi acara mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi Gestalt ialah menyelidiki organisasi acara mental dan mengatahui secara tepat karateristik interaksi insan dengan lingkungan 6. Aliran Psikologi Kognitif Dikembangkan oleh Jeant Piget, teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema wacana bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori digolongkan pada teori Konstruktivisme, teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini berguru ialah perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini ialah setiap orang yang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Proses berguru akan berjalan baik bila materi pelajaran yang gres menyesuaikan diri secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Prinsip-prinsip Kognitif antara lain : a. Seseorang yang berguru akan lebih bisa mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasar pola dan nalar tertentu. b. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke komplek. c. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik dari pada menghafal. Aplikasi dalam proses pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang bakir balig cukup akal yang mudah dipahami proses berfikirnya, anak usia pra sekolah dan awal Sekolah Dasar berguru menggunakan benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan pola atau nalar tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Implikasi Aliran Psikologi Kognitif dalam pembelajaran : - Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga anak mencapai keberhasilan. - Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. - Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan - Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. 7. Aliran Psikologis Konstruktivisme Adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan ialah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari knstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur kategori konsep dan skema yang dibutuhkan untuk membentuk pengetahuan. Konstruktifisme menekankan perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berkhasiat untuk menghadapi dan memecahkan duduk perkara atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masinga-masing orang. Manusia berhadapan dengan tantangan pengalaman, gejala baru, dan duduk perkara yang harus ditanggapinya secara kognitif. Manusia harus membuatkan skema pikiran lebih umum atau rinci, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman. Dengan cara itu pengetahuan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi : a. Skema ialah struktur kognitif yang dengannya seseorang menyesuaikan diri dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang dan terus berkembang b. Asimilasi ialah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. c. Akomodasi ialah proses pembentukan skema atau skema alasannya konsep awal sudah tidak cocok lagi d. Equlibrasi ialah keseimbangan antara asimilasi dan kemudahan sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. Implikasi Aliran Psikologi konstruktivisme : a. Seorang guru merasa sudah pernah mengajari suatu materi tetapi ada sebagian siswa yang tidak mengerti, itu berarti guru tersebut sudah mengajar dengan baik tetapi ada sebagian murid yang tidak berguru sama sekali. b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat di konstruksi oleh penerima didik. c. Latihan memecahkan masalah dilakukan dengan berguru kelompok 8. Aliran Behaviorisme Aliran wacana perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Aliran behaviorisme mendudukan orang yang berguru sebagai individu yang pasif. Seseorang dianggap telah berguru sesuatu jikalau beliau dapat menandakan perubahan perilakunya. Menurut aliran ini dalam berguru yang penting ialah input yang berupa stimulus dan outpun yang berupa respons faktor yang dianggap penting dalam teori behavourisme ialah stimulus dan respons. Stimulus ialah apa yang disampaikan oleh pengajar, respon ialah sesuatu yang diterima oleh pelajar. Selain faktor tersebut ada faktor penguatan. Bila penguatan ditambahkan maka respons akan semakin kuat. Prinsip dalam teori berguru behaviorieme : a. Reinforcement dan punishment b. Primary of Reinforcement c. Achedules of Reinforcement d. Contingency Management e. Stimulus control in operant learning f. The elimination of Responses Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergem, tidak kreatif dan produktif. Implikasi Teori Behaviorisme · Apa saja yang diberikan guru dan apa saja yang dihasilkan siswa semua, harus bisa diamati, diukur dan tidak boleh hanya implisit, dan faktor lain yang penting ialah faktor penguat Prinsip-prinsip teori Behaviorisme yang dipakai di dunia pendidikan Proses berguru dapat berhasil dengan baik apabila pelajar ikut berpartisipasi secara aktif -Materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga mudah dipelajari - Tiap respons perlu di respons balik, biar pelajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum - Setiap kali melaksanakan respons harus diberi penguatan, penguatan positif ternyata memberi pengaruh yang lebih baik 9. Aliran Humanisme Mempelajari wacana diri, aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas. Aliran Humanisme sangat memperhatikan wacana dimensi insan dalam berafiliasi dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Lima dalil utama dalam Aliran Psikoligi Humanisme yaitu : a. Keberadaan insan tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen. b. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berafiliasi dengan insan lainnya. c. Menusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan kekerabatan dengan orang lain. d. Menusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. e. Menusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas. Terlepas dari aliran-aliran tersebut, sebagai umat beragama tentunya kita mempercayai hukum predistinasi yaitu hukum wacana nasib atau takdir. Pada setiap umat beragama ada kepercayaan terhadap takdir yang telah ditetapkan Yang Mahakuasa baginya. Berdasarkan hukum ini berarti betapapun sempurnanya pembawaan, bakat, dan sifat keturunan, betapapun baiknya liingkungan dan pemeliharaan anak, serta betapapun lengkapnya sarana dan prasarana serta sumber penghidupan, tetapi proses perkembangan itu tidak akan berlangsung sebagaimana yang dikehendaki insan seandainya takdir tidak membawanya demikian atau jikalau Yang Mahakuasa tidak mengizinkannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel